Minggu, 06 Maret 2016

IPI Jatim

Ikatan Pustakawan   Indonesia (IPI) berdiri 6 Juli 1973 di tengah  perhelatan  akbar Kongres  Pustakawan  In­donesia  yang  digelar  di Ciawi,  Bogor.  Pada  per­kembangannya, keanggo­taan IPI bukan hanya bagi mereka   yang   memiliki profesi  sebagai  pustaka­wan.  Tapi,  meluas  bagi mereka  yang  bekerja  di perpustakaan  meskipun tidak memiliki latar bela­kang  pustakawan.  Bagi mereka  yang  menjadi  pe­merhati perpustakaan pun, bisa bergabung di IPI. IPI Jatim sendiri berdiri tahun 1990. http://any.web.id/preservasi-dan-konservasi-bahan-pustaka.info
Ketua IPI Ja­tim  Abimanyu  menjelas­kan, hingga saat ini asosiasi baru   memiliki   15   per­wakilan di tingkat kabupa­ten maupun kota di Jatim. “Di  antaranya  ada  Sura­ baya, Banyuwangi, Pasuru­an, dan Tulungagung,” ung­kap Abimanyu, Selasa (1/3).
Lebih  lanjut  diungkap­kannya,  IPI  merasa  me­miliki   tanggung   jawab yang   besar   untuk   me­ningkatkan  minat  baca pada  masyarakat  di  pro­vinsi paling timur di Pulau Jawa  ini.  Baik  itu  minat baca di tingkat anak-anak, remaja, generasi muda hing­ga orang tua. “ Karena per­pustakaan  adalah  tempat belajar sepanjang hayat un­tuk  semua  orang.  Untuk semua usia,” urainya.
IPI  memiliki  program mensinergikan para pustakawan  untuk  lebih berkiprah di bidang profesi mereka. Selanjutnya, para pustakawan  tersebut  da­pat memberikan  pelaya­nan terbaik sesuai dengan profesinya. Kegiatannya­ diantaranya meng­adakan  seminar-seminar terkait  kepustakawanan. Selain itu, IPI Jatim saat ini juga menjadi mitra dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jatim.
“Alhamdulil­lah  saat  ini  minat  baca  di Jatim mencapai 65 persen. Ini sudah cukup tinggi, namun akan  tetap  kita  lakukan peningkatan,” lanjutnya. Tren  yang  menggembira­ kan, lanjut Abimanyu, saat ini potensi pustakawan semakin meningkat.  Hal  ini  seiring dengan jumlah perpustakaan yang semakin banyak, juga diwajibkannya  kabupaten maupun kota memiliki per­pustakaan dalam jumlah ter­tentu. Selain sekolah, setiap SKPD (satuan kerja perangkat daerah) kini juga digalakkan untuk memiliki perpustakaan sendiri sendiri. “Memang be­lum  wajib,  tapi  kalau  bisa harus memiliki perpustakaan semuanya,” tambahnya. Sebagai asosiasi yang mayo­ ritas beranggotakan pustaka­wan, IPI Jatim merasa perlu untuk mengem bangkan minat baca dan literasi masya rakat Jatim.  Sebagai  mitra  badan perpustakaan juga, IPI sering mengadakan lomba literasi.
Abimanyu mengatakan, IPI Jatim   juga   mulai   mem­ perhatikan persoalan keanggotaan.  Baik itu mengenai kuantitas maupun kualitas. Untuk urusan kualitas, IPI Jatim  mulai  mengadakan sertifikasi    pustakawan. Langkah ini penting diambil karena  ke  depan  profesi pustawakan  akan  memiliki banyak tantangan. Pustakawan-pustakawan terbaik itu juga diharapkan bisa tersebar merata  di  seluruh  Jatim. Sehingga target menaikkan minat  baca  di  provinsi  ini hingga  ke  titik  daerah  ter­pencil, bisa tercapai.  “IPI ada­lah wadah organisasi profesi di bidang pustakawan. Kita punya fungsi, dan wadah yang harus mampu berperan me­ningkatkan kualitas pustaka­wan di Jatim,” tutur ketua IPI Jatim dua periode ini.
Selain  itu,  IPI  Jatim ingin lebih meningkatkan eksistensinya.  IPI  ingin seperti  asosiasi  profesi lain  yang  memiliki  man­faat   besar,   baik   bagi anggota dan  masyarakat.
Lebih  banyak  mengab­dikan  diri  untuk  pendi­dikan dan literasi.  Begitu pula dengan menggandeng pihak ketiga untuk kepen­tingan literasi.  Juga me­narik kalangan siswa khu­susnya, untuk lebih sering hadir  di  perpustakaan. Agar perpustakaan tidak terkesan menjadi tempat yang membo sankan. “Ka­ mi  target  untuk  satu  ta­hun paling tidak ada tiga kabupaten  yang  berga­bung. Agar semakin banyak keanggotaannya,   karena saat ini anggota kita masih sekitar  400-500 an  orang,” pungkas nya
sumber: Radar Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar