Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) berdiri 6 Juli 1973 di tengah perhelatan akbar Kongres Pustakawan Indonesia yang digelar di Ciawi, Bogor. Pada perkembangannya, keanggotaan IPI bukan hanya bagi mereka yang memiliki profesi sebagai pustakawan. Tapi, meluas bagi mereka yang bekerja di perpustakaan meskipun tidak memiliki latar belakang pustakawan. Bagi mereka yang menjadi pemerhati perpustakaan pun, bisa bergabung di IPI. IPI Jatim sendiri berdiri tahun 1990. http://any.web.id/preservasi-dan-konservasi-bahan-pustaka.info
Ketua IPI Jatim Abimanyu menjelaskan, hingga saat ini asosiasi baru memiliki 15 perwakilan di tingkat kabupaten maupun kota di Jatim. “Di antaranya ada Sura baya, Banyuwangi, Pasuruan, dan Tulungagung,” ungkap Abimanyu, Selasa (1/3).
Lebih lanjut diungkapkannya, IPI merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat di provinsi paling timur di Pulau Jawa ini. Baik itu minat baca di tingkat anak-anak, remaja, generasi muda hingga orang tua. “ Karena perpustakaan adalah tempat belajar sepanjang hayat untuk semua orang. Untuk semua usia,” urainya.
IPI memiliki program mensinergikan para pustakawan untuk lebih berkiprah di bidang profesi mereka. Selanjutnya, para pustakawan tersebut dapat memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan profesinya. Kegiatannya diantaranya mengadakan seminar-seminar terkait kepustakawanan. Selain itu, IPI Jatim saat ini juga menjadi mitra dari Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jatim.
“Alhamdulillah saat ini minat baca di Jatim mencapai 65 persen. Ini sudah cukup tinggi, namun akan tetap kita lakukan peningkatan,” lanjutnya. Tren yang menggembira kan, lanjut Abimanyu, saat ini potensi pustakawan semakin meningkat. Hal ini seiring dengan jumlah perpustakaan yang semakin banyak, juga diwajibkannya kabupaten maupun kota memiliki perpustakaan dalam jumlah tertentu. Selain sekolah, setiap SKPD (satuan kerja perangkat daerah) kini juga digalakkan untuk memiliki perpustakaan sendiri sendiri. “Memang belum wajib, tapi kalau bisa harus memiliki perpustakaan semuanya,” tambahnya. Sebagai asosiasi yang mayo ritas beranggotakan pustakawan, IPI Jatim merasa perlu untuk mengem bangkan minat baca dan literasi masya rakat Jatim. Sebagai mitra badan perpustakaan juga, IPI sering mengadakan lomba literasi.
Abimanyu mengatakan, IPI Jatim juga mulai mem perhatikan persoalan keanggotaan. Baik itu mengenai kuantitas maupun kualitas. Untuk urusan kualitas, IPI Jatim mulai mengadakan sertifikasi pustakawan. Langkah ini penting diambil karena ke depan profesi pustawakan akan memiliki banyak tantangan. Pustakawan-pustakawan terbaik itu juga diharapkan bisa tersebar merata di seluruh Jatim. Sehingga target menaikkan minat baca di provinsi ini hingga ke titik daerah terpencil, bisa tercapai. “IPI adalah wadah organisasi profesi di bidang pustakawan. Kita punya fungsi, dan wadah yang harus mampu berperan meningkatkan kualitas pustakawan di Jatim,” tutur ketua IPI Jatim dua periode ini.
Selain itu, IPI Jatim ingin lebih meningkatkan eksistensinya. IPI ingin seperti asosiasi profesi lain yang memiliki manfaat besar, baik bagi anggota dan masyarakat.
Lebih banyak mengabdikan diri untuk pendidikan dan literasi. Begitu pula dengan menggandeng pihak ketiga untuk kepentingan literasi. Juga menarik kalangan siswa khususnya, untuk lebih sering hadir di perpustakaan. Agar perpustakaan tidak terkesan menjadi tempat yang membo sankan. “Ka mi target untuk satu tahun paling tidak ada tiga kabupaten yang bergabung. Agar semakin banyak keanggotaannya, karena saat ini anggota kita masih sekitar 400-500 an orang,” pungkas nya
sumber: Radar Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar