Kamis, 03 Maret 2016

Sejarah kampung Arab di komplek masjid ampel

Tak ingin ajaran agama Islam bere­dar  luas  di  masa  penja­jahan Belanda, membuat pemerintahan   kolonial kala  itu  mengumpulkan etnis  Arab  di  kawasan Ampel. Akhirnya, kawasan ini  menjadi  salah  pusat pendidikan  agama  Islam di  Surabaya  mulai  pada masa penjajahan. Ahli  sejarah  Kota  Sura­baya, Dukut Imam Widodo mengatakan kawasan Am­pel  sudah  ada  sejak  masa Kerajaan  Majapahit.  Dulu Ampel merupakan kampung yang biasa saja sama seperti kampung  pada  umumnya. “Namun  karena  pada  saat itu  Raden  Rahmad  atau Sunan  Ampel  ini  tiba  di kawasan itu maka banyak orang  sepakat  di  kawasan itu    menjadi    kawasan pengembangan agama Islam di Surabaya,” katanya.
Memang kedatangan pe­dagang Arab di Surabaya ini tidak membawa keluarga, akhirnya mereka me­nikah dengan wanita pri­bumi. Kawasan Ampel ini merupakan   pertemua http://www.juandaairport.com/2016/03/tarif-parkir-inap-di-bandara-juanda.html n berbagai etnis, yang dido­ minasi  oleh  etnis  ketu­ runan Arab. Komunitas  Arab  telah menghuni  kawasan  ini sejak berabad - abad silam, yaitu ketika para musafir yang berasal dari Hadra­maut datang ke Pulau Ja­wa. Kawasan inilah yang menjadi saksi awal mula perkembangan  Islam  di Nusantara. Ampel ini du­lunya dihuni oleh banyak sekali etnis.
Namun, pada masa kolo­nial Belanda, masyarakat ke turunan  Arab  dipaksa untuk bermukim di seke­liling Masjid Sunan Ampel agar ajaran agama mereka tidak  mengkontaminasi ajaran agama yang dibawa penjajah    dari    Negeri Kincir Angin ini. Oleh  Belanda,  kawasan ini disebut Arabsche Kamp atau Kampung Arab. Untuk mengawasi  daerah  terse­but, ditunjuklah satu orang yang  bertindak  sebagai Kapten Arab. “Untuk bisa jadi  kapten  ini,  menan­ dakan mereka sangat kaya di kawasan itu. Jadi ada se­macam gelar di sana untuk kedu dukan sosial nya,” kata Dukut.
Ketika  penjajahan  ber­akhir, masyarakat keturu­nan Arab yang sudah telanjur kerasan tinggal di daerah  tersebut,  memu­tuskan untuk menjadikan Kawasan Ampel menjadi Pusat Perkembangan Agama Islam.  Inilah yang  menyebabkan  bu­daya Timur Tengah masih terasa  sangat  kental  di daerah ini. Kampung  Ampel  Sura­baya ini terdapat akultu­rasi  budaya  yang  sangat kuat,  antara  komunitas Arab  sebagai  komunitas terbesar,  dengan  komu­nitas lokal seperti Madura, Jawa dan komunitas pendatang  lainnya,  seperti Tionghoa. Budaya-budaya ini  bisa  berbaur  dengan mudah dengan adanya ba­hasa sehari hari yang me­reka pahami    sebagai bahasa Kampung Arab. Bahkan,  menurut  Ketua Komunitas  Arab  di  Sura­baya Abdullah Batati, baha­sa ini tidak hanya di pahami oleh  komunitas  Arab  saja, tetapi juga oleh komunitas Jawa dan Madura kelahiran daerah tersebut.
Kawasan ini merupakan tempat berkumpulnya pe­radaban budaya, pusat perekonomian,  dan  masya­rakat multikultur. Misalkan, jalan - jalan yang melingkupi kawasan Ampel, seperti Jl Panggung dan Jl Sasak, hinga kini masih ada aktivitas bisnis yang masih berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar